Banyak dari kita yang terburu-buru ingin menjalin hubungan, berpikir bahwa dengan memiliki pasangan, semua rasa sepi, sakit, dan kekosongan akan lenyap begitu saja. Kita berkata, “Aku kesepian, aku butuh seseorang.” Tapi pernahkah kita bertanya lebih dalam: mengapa aku merasa kesepian? Apa yang sebenarnya terjadi dalam batinku?
Seringkali, rasa sepi bukan sekadar karena tidak ada orang di sekitar kita, melainkan karena ada bagian dalam diri yang belum utuh. Ada luka masa lalu yang belum sembuh, ada trauma yang belum dihadapi, ada kenangan yang masih mencengkram kuat. Dan ketika kita membawa luka itu ke dalam sebuah hubungan, maka hubungan itu bukan menjadi tempat pertumbuhan, melainkan pelampiasan.
Kita berharap orang lain bisa menjadi penyembuh, padahal yang bisa menyembuhkan hati kita sepenuhnya hanyalah Tuhan dan keputusan pribadi untuk pulih. Firman Tuhan berkata:
“Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut luka-luka mereka.”
(Mazmur 147:3 TB)
Tuhan adalah dokter jiwa yang sempurna. Dia tahu setiap luka yang tersembunyi, dan Ia tidak hanya melihat luka itu; Ia ingin menyembuhkannya sepenuhnya. Namun, proses penyembuhan juga membutuhkan keterbukaan dan kesediaan dari kita untuk bekerja sama dengan Tuhan.
Jika kita belum sembuh, hubungan spesial yang kita bangun bisa berubah menjadi tempat saling melukai. Kita tidak sadar bahwa hati yang pahit akan meluapkan kata-kata yang menyakitkan. Kita bisa menciptakan lingkaran setan, dimana satu luka menciptakan luka lain, lalu luka itu menulari orang lain lagi. Inilah mengapa penting bagi kita untuk sembuh terlebih dahulu sebelum memutuskan mencintai orang lain.
“Jauhkanlah segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.” (Efesus 4:31 TB)
“Dan hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.”
(Efesus 4:32 TB)
Mengampuni masa lalu bukan berarti melupakan, tetapi memilih untuk tidak hidup dalam bayangannya lagi. Kita berdamai, kita pulih, dan kita mulai membangun hidup dengan fondasi yang sehat. Hubungan yang baik lahir dari dua pribadi yang utuh, bukan dua orang yang saling mengisi kekosongan luka.
Sebelum membuka hati kepada seseorang, bukalah hati lebih dalam kepada Tuhan. Izinkan Dia bekerja. Izinkan Firman-Nya meresap dan mengubahkan. Ketika hati kita sudah tenang, ketika masa lalu tidak lagi mengendalikan reaksi kita, maka kita siap untuk memberi kasih, bukan hanya berharap menerima.
“Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, tetapi perhiasan batiniah yang tersembunyi di dalam hati, yaitu roh yang lemah lembut dan tenang; itulah yang berharga di mata Allah.”
(1 Petrus 3:3-4 TB)
Jadilah pribadi yang penuh damai, bukan karena kamu sedang dalam hubungan, tapi karena kamu sudah sembuh dan dipenuhi kasih Tuhan. Ketika saatnya tiba, kamu tidak akan mencari pelampiasan, melainkan kamu akan memberi kasih yang tulus. Kelak kamu akan menjadi pasangan yang membawa kehidupan, bukan luka. Kamu akan tertawa akan hari depan, bukan saja hanya karena kamu sudah memiliki pasangan , tetapi karena kamu percaya penuh akan janji Tuhan dalam hidupmu.
“Ia tertawa tentang hari depan.”
(Amsal 31:25b TB)
Biarlah proses ini menjadi waktu penyembuhan yang kudus. Jangan terburu-buru. Tidak ada salahnya sendiri dalam waktu tertentu, asalkan kita tahu bahwa Tuhan sedang bekerja di balik layar. Justru kesendirian adalah waktu kita untuk datang kepada Tuhan,upgrage diri sesuai kebenaran Firman-Nya dan hidup kita akan menjadi terarah karena pimpinan Tuhan. Jadikanlah Tuhan satu-satunya tempat bersandar,satu-satunya yang dapat kita andalkan dan apapun cerita masa lalumu pulihlah bersama Tuhan. Maka pada waktunya, kamu bukan hanya siap menerima kasih, tapi juga layak membagikannya.
Ditulis penuh kasih
oleh: Daughter of King,Febrian Soulnotes
God Bless
No comments:
Post a Comment